Praktisi media sosial sekaligus Founder PERSEPSI PUBLIK, Fahmi Rukmana menjadi Narasumber Independen dengan membawakan materi "Peran Vital Kampanye Digital" dalam deklarasi relawan salah satu caleg DPRD Karawang.
Dalam paparannya di hadapan 52 Koordinator Desa (Kordes) dan Koordinator Kecamatan (Korcam) Caleg DPRD Karawang, Dian Salwirani dari Partai Nasdem Dapil III yang mencakup Pedes, Cibuaya, Tirtajaya, Batujaya dan Pakisjaya, Fahmi memaparkan bahwa dewasa ini, digitalisasi mengungkung semua bidang, termasuk politik.
Dunia digital justru membuka ruang-ruang yang lebih adil dan bebas bagi setiap kandidat mencitrakan dirinya. Selain itu juga lebih murah.
"Kalau dulu hanya pejabat dan orang punya uang saja yang bisa mencitrakan dirinya melalui televisi, koran, radio dan lain-lain. Sekarang siapapun bisa melakukan hal yang sama. Tinggal upload. Lebih cepat, mudah dan murah," ujarnya, Rabu (25/10/2023).
Apalagi, berdasarkan data hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tercatat ada 215 juta orang pengguna internet di Indonesia. Atau sekitar 77 persen total populasi.
"Artinya, dunia digital kita adalah masa depan. Angkanya sangat besar dan akan terus tumbuh," kata dia.
Ia juga menyatakan hal ini jelas menggiurkan bagi para kandidat untuk memulas diri dan persepsi di tengah masyarakat.
Mengingat, kata dia, citra dan persepsi dalam politik adalah hal yang sangat penting. Karena menyangkut sejauh mana approval atau penerimaan masyarakat akan eksistensi kandidat. Semakin baik citranya, semakin disukai ia oleh pemilih.
Dalam pembentukan persepsi serta penyebaran informasi, kata Fahmi, calon paling siap lah yang akan menguasai gelanggang. Mulai dari SDM, strategi pemenangan, penguasaan dan pengelolaan media hingga infrastruktur akar rumput.
"Kampanye digital jadi cara paling efektif, murah, cepat dan bisa diakses siapapun. Pesan yang kuat, framing yang melekat, pemilihan isu dan pendekatan yang unik dalam memasarkan kandidat berpengaruh terhadap interaksi pemilih, terutama di media sosial," katanya.
Para relawan juga dibekali dengan pengetahuan dasar kampanye digital yang efektif dan efisien. Memobilisasi unggahan di setiap platform media sosial, memilih isu untuk memperkuat citra diri, membuat konten yang bertanggungjawab serta mencegah hoaks dan blunder yang mungkin disebar relawan sehingga tidak merugikan kandidat sendiri.
(Gie)